A.
Peran Keluarga dalam Perkembangan Belajar Peserta
Didik Usia SD/MI
Para sosiolog meyakini bahwa keluarga memiliki peran penting dalam
menentukan kemajuan suatu bangsa, sehingga mereka berteori bahwa keluarga
adalah unit yang penting sekali dalam masyarakat. Oleh karena itu para sosiolog meyakini bahwa segala macam kerusakan yang terjadi di dalam
masyarakat merupakan akibat lemahnya institusi/lembaga keluarga.
Keluarga merupakan tempat yang paling awal dan efektif untuk menjalankan fungsi departemen kesehatan, pendidikan dan kesejahteraan. Jika keluarga gagal untuk megajarkan kejujuran, semangat, keinginan untuk menjadi yang terbaik dan menguasai kemampuan-kemampuan dasar, maka akan sulit sekali bagi institusi lain untuk memperbaiki kegagalannya. Karena kagagalan keluarga dalam membentuk karakter anak akan berakibat pada tumbuhnya masyarakat yang berkarakter buruk atau tidak berkarakter. Oleh karena itu setiap keluarga harus memiliki kesadaran bahwa karakter bangsa sangat tergantung pada pendidikan karakter anak di rumah.
Berikut ini merupakan fungsi
keluarga dalam pembentukan kepribadian dan mendidik anak di rumah:
1.
Sebagai
pengalaman pertama masa kanak-kanak.
2.
Menjamin
kehidupan emosional anak.
3.
Menanamkan
dasar pendidikan moral anak.
4.
Memberikan
dasar pendidikan sosial.
5.
Meletakan
dasar-dasar pendidikan agama.
6.
Bertanggung
jawab dalam memotivasi dan mendorong keberhasilan anak.
7.
Memberikan
kesempatan belajar dengan mengenalkan berbagai ilmu pengetahuan dan
keterampilan yang berguna bagi kehidupan kelak sehingga ia mampu menjadi
manusia dewasa yang mandiri.
8.
Menjaga
kesehatan anak sehingga ia dapat dengan nyaman menjalankan proses belajar yang
utuh.
B.
Fungsi
Keluarga/Orang Tua dalam Mendukung Perkembangan Anak Usia SD/MI
Untuk dapat menjalankan fungsi secara maksimal, orang
tua harus memiliki kualitas diri yang memadai sehingga anak-anak akan
berkembang sesuai dengan harapan. Artinya orang tua harus memahami hakikat dan
peran mereka sebagai orang tua dalam membesarkan anak dan membekali diri dengan
ilmu tentang pola pengasuhan yang tepat, pengetahuan tentang pendidikan yang
dijalani anak serta ilmu tentang perkembangan anak, sehingga tidak salah dalam
menerapkan suatu bentuk pola pendidikan terutama dalam pembentukan kepribadian
anak yang sesuai dengan tujuan pendidikan itu sendiri, yaitu untuk
mencerdasakan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya,
yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan
berbudi pekerti luhur serta memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan
jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung
jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.
Pendampingan orang tua dalam pendidikan anak
diwujudkan dalam suatu cara-cara orang tua mendidik anak. Cara orang tua
mendidik anak inilah yang disebut sebagai pola asuh. Setiap orang tua berusaha
menggunakan cara yang paling baik menurut mereka dalam mendidik anak. Untuk
mencari pola yang terbaik maka hendaklah orang tua mempersiapkan diri dengan
beragam pengetahuan untuk menemukan pola asuh yang tepat dalam mendidik anak.
1. Pola
Asuh Otoritative (Otoriter)
a.
Cenderung
tidak memikirkan apa yang terjadi di kemudian hari, lebih fokus pada masa
kini.
b.
Untuk
kemudahan orang tua dalam pengasuhan.
c.
Menilai
dan menuntut anak untuk mematuhi standar mutlak yang ditentukan sepihak oleh
orang tua.
Efek pola asuh otoriter terhadap perilaku belajar
anak:
a.
Anak
menjadi tidak percaya diri, kurang spontan, ragu-ragu dan pasif, serta
memiliki masalah konsentrasi dalam belajar.
b.
Anak menjalankan
tugas-tugasnya lebih disebabkan karena takut mendapat hukuman.
c.
Di
sekolah memiliki kecenderungan berperilaku antisosial dan agresif.
2. Pola
Asuh Permisive (Pemanjaan)
a.
Segala
sesuatu terpusat pada kepentingan anak dan orang tua/pengasuh tidak berani
menegur, takut anak menangis dan khawatir anak kecewa.
Efek pola asuh permisif terhadap perilaku belajar anak:
a.
Anak
memang menjadi tampak responsif dalam belajar, namun tampak kurang matang
(manja), mementingkan diri sendiri atau egois, kurang percaya diri (cengeng)
dan mudah menyerah dalam menghadapi hambatan atau kesulitan dalam
tugas-tugasnya.
b.
Tidak
jarang perilakunya disekolah menjadi agresif.
3. Pola
Asuh Indulgent (Penelantaran)
a.
Kurang
memperhatikan perkembangan psikis anak.
b.
Anak
dibiarkan berkembang sendiri.
c.
Orang
tua lebih memprioritaskan kepentingannya sendiri karena kesibukan.
d.
Menelantarkan
secara psikis.
Efek pola asuh indulgent terhadap perilaku belajar
anak:
a.
Anak
dengan pola asuh ini paling potensial telibat dalam kenakalan remaja seperti
penggunaan narkoba, merokok diusia dini dan tindak kriminal lainnya.
b.
Impulsive
dan agresif serta kurang mampu berkonsentrasi pada suatu aktivitas atau
kegiatan.
c.
Anak
memiliki daya tahan terhadap frustrasi rendah.
4. Pola
Asuh Autoritatif (Demokratis)
a.
Menerima
anak sepenuh hati, memiliki wawasan kehidupan masa depan yang dipengaruhi oleh
tindakan-tidakan masa kini.
b.
Memprioritaskan
kepentingan anak, tapi tidak ragu-ragu mengendalikan anak.
c.
Membimbing
anak kearah kemandirian, menghargai anak yang memiliki emosi dan pikirannya
sendiri.
Efek pola asuh autoritatif terhadap
perilaku belajar anak:
a.
Anak
lebih mandiri, tegas terhadap diri sendiri dan memiliki kemampuan introspeksi
serta pengendalian diri.
b.
Mudah
bekerjasama dengan orang lain dan kooperatif terhadap aturan.
c.
Lebih
percaya diri akan kemampuannya menyelesaikan tugas-tugas.
d.
Mantap,
merasa aman dan menyukai serta semangat dalam tugas-tugas belajar.
e.
Memiliki
keterampilan sosial yang baik dan terampil menyelesaikan permasalahan.
f.
Tampak
lebih kreatif dan memiliki motivasi berprestasi.
Menyepakati pola asuh yang paling efektif dalam
keluarga adalah penting, karena pola asuh pada tahun-tahun awal kehidupan
seseorang akan melandasi kepribadiannya dimasa datang. Perilaku dewasa dan ciri
kepribadian dipengaruhi oleh berbagai peristiwa yang terjadi selama
tahun-tahun awal kehidupan, artinya antara masa anak-anak dan dewasa memiliki
hubungan berkesinambungan.
Dengan mengetahui bagaimana pengalaman membentuk
seorang individu, akan menjadikan kita lebih bijaksana dalam membesarkan
anak-anak. Banyak masalah yang dihadapi disekolah (agresif,
ketidakramahan dan beragam gangguan kesulitan belajar) mungkin dapat dihindari
bila kita lebih memahami perilaku anak dan sikap orang tua mempengaruhi
anak-anaknya, serta bagaimana menanganinya pada usia dini.
Kesalahan
keluarga dalam mendidik anak mempengaruhi perkembangan kecerdasan emosi anak. Kesalahan
dalam pengasuhan anak akan berakibat pada kegagalan dalam pembentukan karakter
yang baik. Beberapa kesalahan orang tua dalam mendidik anak dapat mempengaruhi
kecerdasan emosi anak, diantaranya adalah:
1.
Orang tua
kurang menunjukan ekspresi kasih sayang baik secara verbal maupun fisik.
2.
Kurang
meluangkan waktu untuk anak.
3.
Orang tua
bersikap kasar secara verbal. Misalnya dengan menyindir anak dan mengecilkan
anak serta berkata-kata kasar.
4.
Bersikap
kasar secara fisik. Misalnya memukul, mencubit atau memberikan hukuman badan
lainnya.
5.
Orang tua
terlalu memaksa anak untuk menguasai kemampuan kognitif secara dini.
6.
Orang tua
tidak menanamkan karakter yang baik pada anak.
Sebagai orang tua, maka perlu mengetahui tugas-tugas perkembangan
anak pada tiap usianya untuk mempermudah penerapan pola pendidikan dan
mengetahui kebutuhan optimalisasi perkembangan anak.
1.
Tugas
perkembangan adalah suatu tugas yang muncul pada saat atau suatu periode tertentu
yang jika berhasil akan menimbulkan rasa bahagia dan membawa kearah
keberhasilan dalam melaksanakan tugas berikutnya, tetapi kalau
gagal akan menimbulkan rasa tidak bahagia dan kesulitan dalam
menjalankan tugas-tugas berikutnya.
2.
Perkembangan
manusia dikelompokan menjadi: Masa prenatal, Masa bayi, Masa kanak-kanak, Masa
puber, Masa remaja, Masa dewasa.
3.
Setiap
tahap perkembangan memiliki tugas belajarnya sendiri, mulai dari tugas belajar
untuk perkembangan motorik, intelektual, sosial, emosi dan kreativitas.
4.
Setiap
tahap perkembangan anak ada tugas-tugas yang harus dilewati dan ada kebutuhan
yang harus dipenuhi, sehingga orang tua dapat lebih realistis dalam
menerapkan suatu pengajaran dan lebih memahaminya.
Pada umumnya di masyarakat, pengertian orang tua
adalah orang yang telah melahirkan kita yaitu Ibu dan Bapak. Ibu dan Bapak adalah
orang yang mengasuh dan yang telah membimbing anaknya dengan cara memberikan
contoh yang baik dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Selain itu mereka juga
telah memperkenalkan anaknya ke dalam hal-hal yang terdapat di dunia ini dan
menjawab secara jelas tentang sesuatu yang tidak dimengerti oleh anak. Oleh
karena itu, pengetahuan yang pertama diterima oleh anak adalah dari orang
tuanya. Karena orang tua adalah pusat kehidupan rohani si anak dan sebagai
penyebab berkenalnya dengan alam luar, maka setiap reaksi emosi anak dan
pemikirannya dikemudian hari terpengaruh oleh sikapnya terhadap orang tuanya di
permulaan hidupnya dahulu.
Jadi, orangtua memegang peranan yang penting dan amat
berpengaruh atas perkembangan dan pendidikan anak-anak. Kunci pertama dalam
mengarahkan pendidikan dan membentuk mental pada anak terletak pada peranan
orang tuanya, sehingga baik buruknya budi pekerti itu tergantung kepada budi
pekerti orang tuanya.
C.
Perkembangan
Anak di Lingkungan Masyarakat
Lingkungan masyarakat bisa juga disebut sebagai lingkungan
sosial, yaitu lingkungan dimana anak berinteraksi dengan orang lain yang lebih
luas lagi. Anak adalah bagian dari masyarakat yang saling berinteraksi satu
sama lain dimana anak dapat memberikan pengaruh pada lingkungannya juga sebaliknya, anak dapat menerima
pengaruh dari lingkungan masyarakat tersebut.
Pengalaman-pengalaman interaksional
anak pada masyarakat ini akan memberi kontribusi tersendiri dalam pembentukan perilaku
perkembangan pribadi. Masyarakat adalah gabungan dari keluarga-keluarga dan
individu-individu yang hidup dalam suatu wilayah dan memiliki budaya bersama. Baik atau tidaknya suatu masyarakat akan tergantung
kepada keluarga–keluarga yang membangun masyarakat yang bersangkutan.
Lingkungan masyarakat dapat berperan membentuk karakter anak.
Misalnya lingkungan tempat tinggal di asrama polisi atau tentara, anak-anak
yang tinggal disana cenderung lebih berani karena mereka merasakan adanya label
dari orangtuanya. Mereka juga besikap lebih semena-mena kepada teman-temannya
yang lain. Lingkungan yang seperti ini akan membentuk karakter anak menjadi
keras, pribadi yang galak dan apa yang dia inginkan harus segera terlaksana.
Ataupun dengan memilih tinggal di tengah-tengah kota besar, yang mana sesama
tetangga tak saling mengenal satu sama lain, lingkungan yang seperti ini dapat
membentuk karakter yang tidak baik juga pada anak, anak jadi terbiasa untuk
tidak peka terhadap orang lain, merasa tidak memerlukan orang lain dalam
hidupnya, sikap individualismenya juga akan sangat terlihat.
Lingkungan masyarakat juga dapat berpengaruh sebaliknya
yaitu berpengaruh baik bagi anak. Misalnya dengan memilih tinggal di sebuah
perkampungan di pinggiran kota. Apabila di lingkungan tersebut terdapat masjid,
para remajanya pun aktif dan antusias dalam kegiatan-kegiatan syiar agama untuk
masyarakat sekitar, baik orang tua, remaja bahkan anak-anak kecil. Suasana lingkungan
menjadi hidup, dinamis, agamis, harmonis serta menyenangkan hati masyarakat
yang tinggal di lingkungan tersebut. Anak-anakpun terbentuk karakter yang sopan
santun, beradaptasi, berempati, serta dapat menjadi manusia yang berjiwa
sosial. Lingkungan
masyarakat di pondok pesantren dimana nilai-nilai agama dijunjung tinggi
merupakan lahan yang subur bagi keluarga dan anak dalam membina kehidupan berperilaku
agama, lingkungan masyarakat akademik dapat menumbuhkan minat akademik anak,
lingkungan masyarakat bisnis menimbulkan minat bisnis anak. jadi pengalaman
interaksional pada masyarakat akan memberi konstribusi tersendiri dalam
pembentukan perilaku anak.
Di lingkungan masyarakat, anak juga
akan menemukan masa dimana ia akan berinteraksi dengan media informasi. Pada
zaman sekarang ini media informasi yang berasal dari televisi, majalah,
internet dan sebagainya sangat berperan dominan terhadap kehidupan anak. Semua
itu bisa memberikan pengaruh positif maupun negatif bagi anak.
Di era informasi ini, peran media informasi dalam kehidupan sangat dominan.
Saat ini, kita dapat menyaksikan betapa berjamurnya TV swasta, parabola, dan
internet. Semua ini dapat memberikan pengaruh negatif bagi anak–anak apabila
mereka menyaksikan tayangan TV tanpa ada pengawasan dari orang tua. Penggunaan
internet juga tidak kalah berbahaya apabila tanpa pengawasan, karena banyaknya
informasi–informasi yang tidak layak konsumsi bagi anak-anak. Namun selain pengaruh negatif, media informasi juga
memberikan pengaruh positif bagi perkembangan anak, khususnya dalam
mengkondisikan anak berburu informasi dan pengetahuan. Saat ini ada jutaan
informasi yang dapat diperoleh dengan mudah melalui internet hanya dalam
hitungan detik saja. Bahkan, kementrian pendidikan pun telah meluncurkan Buku
Sekolah Elektronik yang dapat di download oleh semua pengguna internet. Hal ini
tentunya dapat membantu siswa dalam belajar dan mendapatkan buku tambahan
selain yang digunakan di sekolah.
DAFTAR PUSTAKA
....2011.Pengaruh
Lingkungan Terhadap Perkembangan Anak. Online
Tersedia:
https://husnunnisaabbas.wordpress.com/2015/03/24/pengaruh-lingkungan
terhadap -perkembangan-anak/
Huwaida, Aisya.2013.
Peran Keluarga dan Sekolah. Online.
........Peran Keluarga dalam Mendidik
Anak dari Usia Dini Hingga Dewasa. Online.
Tersedia: http://acepwahyuhermawan79.blog.com/peran-keluarga-dalam-mendidikan
ak-dari-usia-dini-hingga-dewasa/
Ramly.2012.Perkembangan Anak
dilingkungan. Online.
….2012.Pengaruh
Lingkungan Terhadap Karakter Anak. Online.
0 komentar:
Posting Komentar